Jumat, 05 November 2010

PERBEDAAN

FASE PERKEMBANGAN MANUSIA

Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.

Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pada setiap periode tahap tahap perkembangan manusia:



* Periode prakelahiran (prenatal period) ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran.

* Masa bayi (infacy) ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan.
* Masa awal anak anak (early chidhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Masa awal anak anak (early chidhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah.
* Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar.
* Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.
* Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun.
* Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun.

* Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian.

PERUBAHAN BUDAYA

Peristiwa-peristiwa perubahan kebudayaan oleh Munandar (1987) dibagi atas: cultural lag, cultural survival, cultural conflict dan cultural shock. Keempat jenis perubahan peristiwa-peristiwa kebudayaan tersebut diuraikan secara singkat sebagi berikut di bawah ini.

* Cultural lag adalah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat.
* cultural survival Istilah ini ada sangkut pautnya dengan cultural lag karena mengandung pengertian adanya suatu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu sampai sekarang.
* cultural conflict Pertentangan kebudayaan ini muncul sebagai akibat relatifnya kebudayaan. Hal ini terjadi akibat konflik langsung antar kebudayaan.
* cultural shock Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Kalervo Oberg (1958) untuk menyatakan apa yang disebutnya sebagai suatu penyakit jabatan dari orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaannya sendiri.


PERUBAHAN AGAMA

Para pemikir yang kami angkat dalam kesempatan ini, sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Evolusionisme abad 19, mereka menganggap bahwa perubahan-perubahan internal agama disebabkan oleh sebuah proses yang berevolusi, agama adalah salah satu tahapan dari beberapa tahapan evolusi manusia, yang bersandar pada evolusi alam mental atau akal manusia. Para pemikir di atas sepakat bahwa sejarah manusia bergerak menuju kesempurnaan, yang dimulai dari titik yang paling sederhana, hingga ke titik yang paling puncak, dan para pemikir ini sepakat bahwa faktor dan penyebab evolusi ini adalah akal dan benak manusia, akan tetapi para pemikir ini berbeda dalam mengambil sumber dan informasi. Sebagaimana yang Anda perhatikan, teori Intelektualisme melirik agama sebagai sebuah metode dan pengetahuan dalam menjelaskan dunia, yang diawali dalam tahapan tertentu dari perkembangan pemikiran manusia. Oleh karena itu, karena pengetahuan manusia terhadap fenomena tersebut semakin hari sekamin bertambah, maka kebutuhan dia pada agama akan semakin berkurang, bahkan suatu saat nanti dia tidak membutuhkannya sama sekali.



PERUBAHAN PENDIDIKAN

Perubahan Pendidikan yang seimbang baik fisik maupun mental merupakan idikasi dari perkambangan anak didik yang baik. Tidak ada satu aspek perkambangan dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari yang lainnya. Banyak pakar pendidikan memberikan argumen tentang kemunduran pendidikan di Indonesia, ada yang menyoroti sistem pendidikan yang salah, ada yang mengatakan kurikulum pendidikan Indonesia jelek, ada yang mengatakan tidak ada kesinambungan dalam membangun pendidikan dengan ganti menteri ganti kurikulum dan argumen yang lainnya. Saya tidak akan menyoroti hal tersebut, karena menurut hemat saya tidak ada yang salah dari kurikulum dan tidak ada yang salah dengan sistem pendidikan Indonesia. Saya mencoba mengkaji dari sudut pandang lain, dalam hal ini adalah partisipasi masyarakat dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Bergelut dengan dunia pendidikan selama ini, saya melihat ada empat golongan peserta didik. Peserta didik dalam hal ini adalah murid dan orang tuanya. Golongan tersebut adalah:

1. Murid pinter dengan orang tuanya kaya
2. Murid pinter dengan orang tuanya miskin
3. Murid bodoh dengan orang tuanya kaya
4. Murid bodoh dengan orang tuanya miskin

Jumat, 15 Oktober 2010

Definisi & Pengertian Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani ????? (oikos) yang berarti "keluarga”, rumah tangga" dan ??ยต?? (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.

Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi seperti yang telah disebutkan di atas adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia.
Bidang yang dipelajari oleh ilmu ekonomi sangat luas, yaitu tentang tingkah laku manusia dalam masyarakat, dalam usahanya mencari nafkah dan segala apa yang berhubungan dengan itu, sebetulnya banyak lagi definisi yang dapat diberikan, tetapi hakekatnya sama didasarkan kepada kebutuhan manusia, dalam perkembangannya, ilmu ekonomi kemudian bercabang-cabang mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi itu sendiri. Secara garis besar, perhatikan bagan pembagian ilmu ekonomi berikut ini.


Sejarah perkembangan ilmu ekonomi

Adam Smith sering disebut sebagai yang pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu cabang tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Melalui karya besarnya Wealth of Nations, Smith mencoba mencari tahu sejarah perkembangan negara-negara di Eropa. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2006, Edmund Phelps.
Secara garis besar, perkembangan aliran pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran klasik. Aliran yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi karena akan mengganggu proses ini. Konsep invisble hand ini kemudian direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga sebagai instrumen utamanya.

Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun 1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia ilmuekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new classical, neo klasik, new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya.

Kamis, 14 Oktober 2010

Konsep ekonomi

Konsep ekonomi atas tanah dapat dibagi menjadi 6 bagian penting yaitu:
1. Konsep ruang
Dalam konsep ini tanah dipandang sebagai suatu ruang tempat kehidupan berlangsung. Karena ruang tidak dapat dihancurkan atau diproduksi, maka dalam konsep ini tanah dianggap berjumlah tetap dan tidak dapat dirusak.
Pengertian tanah disini meliputi seluruh permukaan daratan, lautan, dataran, pegunungan dan lembah yang menunjang kebutuhan fisik manusia dan pekerjaanya. Pengertian ini juga mencakup ruang di bawah permukaan bumi, ruang yang ditempati manusia dalam kehidupan sehari-hari dan ruang di atasnya.
Ruang memiliki elemen yang dapat dilihat sevara terpisah maupun secara bersamaan dalam lingkup yang luas.Unsur ruang yang penting adalah jarak, lokasi. Konfigurasi dan ukuran/skala.Semua unsur tersebut menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah.
2. Konsep alam.
Dalam konsep alam ini, tanah harus diubungkan erat dengan situasi lingkungan alam di sektarnya.Oleh karena itu tanah tersebut harus ditinjau aksesnya terhadap cahaya matahari, curah hujan, angin, perubahan kondisi iklim, serta kondisi penguapan dan topografi.Sebagai akibat kegiatan alam, seperti letusan gungung berapi dan erosi karena air, baik di masa silam maupun dimasa sekarang, sebagian tanah dapat menjadi lahan yang subur atau hutan lebat, yang menghasilkan ikan dan sumber produksi lainnya secara berlimpah, sedangkan sebagian areal tanah yang lain merupakan tanah yang tandus dan kering. Akan tetapi berkat kemajuan teknologi, manusia mampu mengubah atau memodifikasi banyak watak tanah yang berkaitan dengan alam.
3. Konsep faktor produksi dan barang konsumsi.
Oleh karena pengertian konsep tanah sebagai faktor produksi sangat dekat dengan pengertian konsep tanah sebagai barang konsumsi, maka kedua konsep ini digabungkan menjadi satu.Para pakar ekonomi seringkali menggolongkan tanah sebagai salah satu faktor dasar produksi, disamping tenaga kerja, modal dan manajemen.Sebagai faktor produksi, biasanya tanah akan diperhitungkan sebagai sumber penghasil makanan, bahan bangunan, mineral sumber energi dan bahan baku lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat moderen.Sedangkan sebagai barang konsumsi tanah seringkali ingin dimiliki oleh manusia tidak saja karena secara langsung mampu meningkatkan hasil produksi, namun juga memiliki nilai sebagai barang konsumsi.Persil bangunan, taman, tempat rekreasi dan tempat pemukiman sering diperlakukan sebagai barang konsumsi walaupun terkadang juga dapat dianggap sebagai faktor produksi.
4. Konsep situasi.
Konsep situasi atas tanah sangat diperhatikan dalam ekonomi tanah, tidak saja karena penentuan nilai dan tata guna tanah pada umumnya ditentukan oleh lokasi dan aksesibilitasnya, namun juga karena kepentingan strategis faktor lokasi dalam kancah perekonomian moderen dan politik dunia.Konsep situasi ini meliputi: kedudukan lokasi tanah terhadap pasar, kenampakan dan bentuk geografi, serta kedudukannya terhadap sumber tanah di lokasi lain maupun daerah lain.
5. Konsep properti.
Konsep tanah sebagai properti pada dasarnya memiliki konotasi yang resmi. Konsep ini tidak hanya berkaitan dengan areal tanah di mana perorangan atau suatu kelompok diakui hak kepemilikan dan penggunaan, namun juga berkaitan dengan areal tanah dimana perorangan atau suatu kelompok diakui hak kepemilikan dan penggunaannya, namun juga berkaitan dengan hakikat hak dan tanggung jawab mereka atas tanah tersebut. Konsep ini penting sebab memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan kegiatan manusia sehubungan dengan penggunaan tanah di seluruh dunia.
6. Konsep modal.
Dalam kegiatan manusia, tanah sering dipandang sebagai faktor produksi. Oleh karena itu akan lebih realistis apabila tanah juga diperhitungkan sebagai modal. Dari sudut pandang ekonomi seringkali tanah dan modal sulit sekali dipisahkan secara jelas. Menurut pandangan masyarakat biasa, tanah sering kali dianggap berjumlah tetap, tidak dapat rusak, tanah adalah sesuatu yang harus dibeli atau disewa sebagaimana barang modal lainnya.Dalam pengertian ini, tanah dapat dipandang sebagai modal oleh perorangan.

Rabu, 13 Oktober 2010

Struktur Ekonomi Indonesia (Tugas)

Struktur ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal ini, struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan empat macam sudut tinjauan, yaitu:
  1. Tinjauan makro-sektoral;
  2. Tinjauan keruangan;
  3. Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan;
  4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan.
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya agraris, industrial, atau niaga tergantung pada sector prosuksi apa yang menjadi tulang punggung perekonomian yang bersangkutan. Berdasarkan tinjauan keruangan, prekonomian dapat dikatakan berstruktur, bergantung pada wilayah tersebut dan teknologinya yang mewarnai kehidupan perekonomian itu.
Berdasarkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, menjadi perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis. Tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan. Bisa pula struktur ekonomi dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya. Dengan sudut tinjauan ini, dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralistis dan desentralistis.
1. Tinjauan Makro-Sektoral
Dilihat secara makro-sektoral bedasarkan kontribusi sector-sektor produksi (lapangan usaha) dalam membentuk produk domestic bruto perekonomian Indonesia yang hingga tahun 1990 masih agraris kini sudah berstruktur industrial.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini. Keindustriannya berulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestic bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam menyerap tenaga kerja atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa? Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sector pertanian hingga saat ini masih merupakan sector utama sumber kehidupan rakyat.
2. Tinjauan Lain
Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sectoral ini senada dengan pergeserannya secara spasial. Dilihat dari kacamata spasial, perekonomian telah bergeser dari semula. Dilihat dari kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980an perekonomian Indonesia berstruktur etatis. Pemerintah atau negara, dengan BUMN dan BUMD sebagai kepamjangan tangannya, merupakan pelaku utama ekonomi.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, berlasan untuk mengatakan bahwa struktur perekonomian Indonesia selam era pembanganan jangka panjang tahap pertama sentralistis. Pembuatan keputusan (decision making) lebih banyak ditetapkan oleh pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintahan. Pemerintahan daerah atau kalangan bawah pemerintahan, apalagi rakyat dan mereka yang tidak memiliki access ke pemerintahan, lebih cenderung menjadi palaksana.
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial, sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.

Hukum Permintaan dan Penawaran


Hukum permintaan dan penawaran adalah hukum dasar dari ilmu ekonomi merupakan basis utama dari terjadinya suatu ekonomi pasar. Untuk menjelaskannya mari kita lihat contoh sehari-hari.
Hukum Permintaan dan Kurva permintaan
Pernahkah anda membeli sebuah baju di sebuah pasar atau mal ? Bila anda membeli baju tersebut dengan asumsi bahwa kualitas sudah terjamin, yang dilihat selanjutnya adalah harga bukan ? Bila harganya relatif murah maka anda akan mempertimbangkan untuk membeli lebih dari satu kan ? Dengan kata lain masyarakat pembeli akan membeli lebih banyak baju bila harganya ada diskon. Sedangkan pembelian akan berkurang bila harganya naik. Bila kita masukkan ke dalam tabel maka akan terjadi sebagai berikut :
Tabel 1.0 Pembelian Baju
Harga Baju Jumlah Pembelian
Rp 80.000 1 potong
Rp 40.000 2 potong
Rp 20.000 3 potong
Jadi secara sederhana kita bisa mendefinisikan hukum permintaan adalah dengan asumsi bahwa hal lainnya bersifat tetap maka bila harga suatu barang/jasa naik maka permintaannya akan menurun dan begitu juga sebaliknya. Yang dimaksud dengan kurva permintaan adalah kurva yang terbentuk dari penentuan titik titik dalam grafik yang merepresentasikan hukum permintaan dimana sumbu X-nya berupa kuantitas (Q=Quantity) dan sumbu Y nya berupa Harga (P=Price) sehingga membentuk slope yang negatif / menurun seperti berikut.
Gambar 1.0 Kurva permintaan.


Hukum Penawaran dan Kurva Penawaran
Mari kita ambil dari contoh hidup kita sehari-hari.Misalkan kita adalah produsen / pabrik dari baju yang dijual di pasar. Hukum penawaran mengisyaratkan bahwa saat harga dari baju tersebut naik di pasaran, maka kita memproduksi lebih banyak baju agar mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain misalnya baju kita adalah baju lebaran, saat harga baju tersebut meningkat maka akan semakin banyak toko yang menawarkan baju tersebut karena berharap bisa meraup untung yang lumayan.Bisa kita tabelkan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penawaran Baju
Harga Baju Jumlah Penawaran
Rp 20.000 4 potong
Rp 40.000
8 potong
Rp 80.000 16 potong
Jadi secara sederhana dapat kita definisikan yaitu apabila harga suatu barang/jasa naik maka kuantitas dari barang/jasa yang ditawarkan juga meningkat dan juga sebaliknya. Yang dimaksud dengan kurva penawaran adalah kurva yang terbentuk dari penentuan titik titik dalam grafik yang merepresentasikan hukum penawaran dimana sumbu X-nya berupa kuantitas (Q=Quantity) dan sumbu Y nya berupa Harga (P=Price) sehingga membentuk slope yang positif/ menaik seperti berikut.
Gambar 1.1 Kurva Penawaran.

Hubungan antara Permintaan( D) dan penawaran (S) serta Equilibrium
Seperti contoh diatas, misalkan baju yang dijual telah dijual dengan harga yang telah ditetapkan berdasarkan penelitian pasar sebesar Rp 40.000 maka jumlah baju yang di produksi untuk ditawarkan sebesar 8 potong.Penelitian pasar tersebut didasarkan bahwa untuk mencapai harga yang Rp 40.000 maka jumlah yang produsen tawarkan hanya 8 potong , bila harganya bisa melebihi Rp 40.000 maka jumlah potong baju yang ditawarkan akan naik pula sesuai hukum penawaran..Tetapi bila ternyata permintaan baju tersebut lebih dari 8 orang maka sesuai hukum permintaan maka harga baju tersebut pasti akan naik dengan sendirinya mengingat stoknya hanya 8 potong sementara permintaannya lebih dari itu.
Bila pada suatu saat jumlah permintaan (D) dengan penawararan bertemu , yakni pada suatu titik perpotongan , maka kondisi tersebut adalah kondisi ideal dimana jumlah barang yang diproduksi untuk ditawarkan sama dengan jumlah dari permintaan terhadap barang tersebut. Kondisi ekonomi ini disebut dalam keadaan equilibrium. Pada titik ini alokasi dari pemakaian sumberdaya untuk menghasilkan barang adalah optimum effisien karena seluruh jumlah barang/jasa yang diproduksi pas sekali dengan jumlah permintaan barang oleh pasar.
Secara grafis maka hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.2 Grafik Ekuilibrium

Di dalam dunia nyata kondisi seperti ini dimana jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran tidak pernah terjadi dan hanya bersifat teoritis.
Disekuilibrium
Yang dimaksud dengan disekuilibrium adalah keadaan dimana kondisi harga tidak ketemu pada titik ekuilibrium yaitu pada titik P* dan Q*. Ada beberapa jenis kondisi disekuilibrium :
a. Kelebihan Penawaran (Excess Supply)
Mari kita lihat Grafiknya sbb :
Grafik 1.3. Kelebihan Penawaran

Yang dimaksud dengan kelebihan penawaran adalah suatu kondisi dimana penetapan suatu harga (P1) mengakibatkan kuantitas penawaran (Q2) menjadi lebih besar dari kuantitas permintaan yang sebenarnya (Q1). Ini mengakibatkan terjadinya inefisiensi dalam hal pengaalokasian sumber ekonomi karena harga ideal sebenarnya adalah mnuju lebih kecil dari yang ditetapkan.
Contoh dari kelebihan penawaran ini adalah penetapan floor price (harga dasar) oleh pemerintah misalnya UMR yang bertujuan menjaga penetapan upah pekerja yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum misalnya Rp. 725.000 tetapi bila hukum permintaan diikuti maka dengan besarnya jumlah tenaga kerja maka kenyataannya masih banyak angkatan kerja yang bersedia bekerja walaupun dibawah UMR.
b. Kelebihan Permintaan (Excess Demand)
Mari kita lihat Grafiknya sbb :
Grafik 1.4. Kelebihan Permintaan

Yang dimaksud dengan kelebihan permintaan adalah suatu kondisi dimana dengan penetapan harga seharga P1 mengakibatkan kuantitas permintaan (Q2) lebih besar dari pada kuantitas penawaran (Q1) sehingga terjadi pengalokasian sumber ekonomi yang tidak optimum karena kuantitas yang sebenarnya diminta pasar lebih besar dari yang ditawarkan.
Contoh dari kelebihan permintaan ini adalah penetapan ceiling price oleh pemerintah sebagai suatu kebijakan harga tertinggi misalnya Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak tanah. Pada saat stok minyak tanah sedang terbatas pada suatu wilayah, maka harga tertinggi ditetapkan agar rakyat banyak yang pada umumnya berstatus sosial ekonomi kurang makmur sanggup membeli minyak tersebut, padahal bila hukum permintaan dituruti dengan permintaan / demand minyak tanah begitu tinggi , harga bisa melonjak naik melebihi ketentuan pemerintah.

Pendidikan sebagai gejala dan kebutuhan manusia

Bab I Asas-Asas Pendidikan

Pandangan bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-hal berikut :

a. Manusia Adalah Makhluk Budaya

Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang merupakan perbedaan antara manusia dan hewan dengan adanya budaya dan pendidikan. Sifat dunia hewan statis, dimana instink dan dan reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara dan tanah). Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut. Sifat dunia manusia terbuka, dimana manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).

b. Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya

Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.

c. Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus Ada Kesejajaran Tujuan

Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal (education dan schooling), pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik direncanakan atau tidak.

Bab II Masalah Kebudayaan

a. Beberapa Definisi Kebudayaan

1. Edward B. Taylor

Segala sesuatu pada kebudayaan tidak dimiliki manusia sebagai manusia , tetapi harus diperoleh lewat kerja manusia. Manusia bisa menjadi manusia bila mendukuki posisinya, yaitu dengan cara pendidikan.

2. Freeman Budds

Budaya membimbing segala sesuatu tindak laku manusia. Menurut Taylor dan buds agama termasuk budaya dan budaya lebih luas dari agama, agama merupakan hasil kebudayaan dan budaya merupakan ciptaan manusia. Dari sini penulis menyatakan jika agama buatan manusia maka agama bisa benar dan salah. Jika tidak benar budaya hasil buatan manusia, maka segala ajaran dapat dibenarkan manusia dengan akalnya. Kebenaran agama tidak selamanya dapat dijangkau oleh rasio manusia. Jika dilihat dari konteks 2 pendapat di atas tentu keduanya bukan orang-orang agamis. Agama merupakan suatu yang lebih luhur dan suci kebudayaan.

Dari 2 pendapat di atas penulis menyimpulkan hal-hal berikut :
Kebudayaan merupakan sesuatu yang melingkupi segala aspek kehidupan manusia
Kebudayaan tidak dimiliki manusia sejak lahir
Nilai norma dan kebudayaan menjadi nilai norma hidup
Isi pendidikan ditentukan isi materi kebudayaan dan tujuan pendidikan
Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan merupakan suatu integrasi lengkap
Pengajaran merupakan suatu alat pendidikan dan pendidikan merupakan unsur kebudayaan
Kebudayaan bersifat edukatif

3. Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan adalah buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan zaman yang merupakan kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi tantangan hidup dan kehidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib dan damai. Beliau mengingatkan bahwa kebudayaan merupakan kemurahan Tuhan. Menurutnya hubungan Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah kkeduanya merupakan usaha kebudayaan semata-mata dimana perguruan merupakan taman persemaian kebudayaan bagi suatu bangsa. Sedangkan pendidikan menurutnya merupakan upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang terintegrasi (batin, inteligensi dan tubuh) untuk memajukan kesempurnaan hidup selaras alam dan masyarakat. Selanjutnya Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai pandangan beralas garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk keperluan peri kehidupannya yang mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan seluruh dunia.

Dari sini Ki Hajar Dewantara mewujudkan pendidikan formal dalam bentuk taman siswa dengan karakteristik :
Asas Dasar : Panca Dharma (Kebangsaan, Kebudayaan, Kemanusiaan, Kodrat Alam dan Kemerdekaan)
Bentuk : Asrama Padepokan (Pondok)
Sifat : Kekeluargaan
Isi Materi : Kebudayaan Nasional
Sistem : Sistem Among

b. Hubungan Antara Kebudayaan dan Agama

Terdapat 2 pandangan terhadap masalah apakah agama merupakan hasil kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan merupakan hasil buah budi manusia yang diilhami oleh tuntunan agama. Pertama pendapat yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah sumber agama dan karena itu agama adalah unsur kebudayaan, hal ini tidak berarti jika kita menyatakan kebudayaan Hindu, kebudayaan Islam dan lainnya. Hal ini akan mengarah pada penolakan terhadap jasa agama serta lembaga agama sebagai sumber perkembangan kebudayaan masa lalu dan sekarang. Pandangan tersebut juga tidak mengakui hakekat esensial agama yang terletak pada unsur wahyu yang dibawa nabi dan rasul dari Tuhan. Kebenaran pandangan tersebut mungkin terletak pada kebudayaan adalah hasil buah budi manusia termasuk didalamnya nabi dan rasul penerima wahyu dari Tuhan. Penulis menyatakan bahwa dalam waktu dekat akan unggul dari paham atheis dan komunis ditinjau dari jumlah secara realistis dan objektif.

c. Kebudayaan, Peradaban dan Tradisi

Penulis menyatakan bahwa kebudayaan, peradaban dan tradisi merupakan 3 istilah yang memiliki pengertian yang hampir sama, dimana perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya, oleh siapa dan dalam bidang apa istilah tersebut digunakan. Peradapan sering digunakan dalam bidang antropologi sebagai kebudayaan yang telah mengalami perkembangan dan dimasukkan ke dalam kebudayaan modern (misalnya primitive culture bukan primitif civilization). Tradisi sering digunakan oleh ahli sejarah dan kebudayaan merupakan istilah umum dalam ilmu sosial dan berlaku umum untuk semua tingkat kebudayaan. Ki Hajar Dewantara menamakan tradisi kebudayaan bangsa Indonesia sebagai “Achief Nationale” yang menyimpan kekayaan batin bangsa.

Bab III Segi-Segi Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan

Yang dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek pendidikan adalah rah tujuan atau sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan pandangan di atas.

Ada 10 segi pendidikan yang urutannya dapat diubah namun tidak dapat dikurangi untuk sesuai dengan kondisi dan situasi dimana pelaksanaan pendidikan akan dilaksanakan. Pemisahan salah satu dari kesepuluh tersebut tidak mungkin dan tidak dibenarkan tetapi hanya dibenarkan perbedaan dalam penekanan.

1. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan

Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental kerohanian dan moral. Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab akibat tingkat perbuatannya.

2. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi

Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu menggunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya. Sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung jawab bagi kelangusngan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai pernyataan Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pendidikan diri sendiri atau diri pribadi (self education).

3. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga

Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta dilindungi undang-undang. Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah (sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka keluarga masyarakat juga menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya.

4. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian

Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya kesatuan segala aspek kebudayaan, di sini manusia membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasanya dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Edward Springer sebagai :

Aspek intelek menghasilkan manusia teoretis, sosisal manusia pengabdi, estetis manusia seni, politik manusia kuasa, agama manusia kuasa dan ekonomi manusia manusia untung serta sebagai tambahan oleh Prof. A. Sigit aspek keluarga menjadikan manusia cinta kasih.

5. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses)

Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses pendidikan dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak mulai mengerti dan mengakui kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya sendiri yang bersumber dari kata hatinya.

6. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan sosial

Sifat pendidikan reflektif dan progresif harus meneruskan nilai kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja membangun masa depan. Untuk itu pendidik harus mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan turut serta dalam masyarakat.

7. Pendidikan harus mengabdi seluruh massa rakyat

Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami 2 macam perkembangan, yaitu (1) pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan masyarakat, diperuntukkan untuk kepentingan sebgaian kecil masyarakat misalnya kolonial Belanda dan (2) pengabdi massa/segala lapisan masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa beda kelas.

8. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur

Bila pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang, maka tujuan pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu yang melaksanakan pendidikan. Tujuan pendidikan manusia tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia yang didasarkan pada filsafat hidup tertentu.

9. Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme

Pendidikan adalah pembinaan jiwa Nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus Chauvinisme atau Internasionalisme yang melenyapkan jiwa Nasionalisme. Adanya masalah dan perbedaan paham-paham tersebut disebabkan 3 hal, yaitu : tetap adanya perang, adanya efek relatif kebahagian bangsa tertentu namun kesengsaraan bagi bangsa lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas.

Pendidikan bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia dan manusianya, untuk itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah : pembinaan jiwa yang saling kerjasama antar bangsa, penghilangan nasionalisme yang sempit, peniadaan doktrin superioritas dan inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif, peningkatan taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan tata hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan anatar bangsa.

Hasil dari pembinaan di atas akan mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu :

(1) Komunisme Internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super disikuti negara satelit

(2) Organisasi Internasional, dengan peniadaan negara super dimana tata hubungan belandaskan prinsip demokrasi

(3) Kerjasama Regional, bentuk kerjasama dalam wilayah dan tujuan tertentu.

10. Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa

Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber dari kebudayaan, untuk itu pendidikan agama agar tidak diarahkan pada intelektualistis-verbalistis, sehingga menjadikan pendidikan agama sebagai dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti tidak dapat dilepaskan dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan. Sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat, berpikiran bebas, perpengetahuan luas dan berjiwa ikhlas.

Bab IV Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif

Maksudnya adalah bahwa pendidikan membawa pengkuan atas kenyataan berikut :

1. Adanya norma tertentu dalam bertindak bagi manusia.

2. Tugas pendidikan sebagai penanam suatu norma tertentu sesuai dasar flsafat

3. Ilmu pendidikan harus berhubungan erat dengan ilmu filsafat pendidikan

4. Ilmu pendidikan menurut sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat

5. Persoalan dan tujuan pendidikan merupakan persoalan normatif sesuai filsafat pendidikan tertentu

6. Bila manusia memiliki filsafat pendidikan tertentu maka setiap pendidik harus memiliki filsafat tertentu pula.

1.3.5 Bab V Dasar dan Ajar

Istilah dasar dan ajar dikemukaakn oleh Ki Hajar Dewantara disamaakn dengan istilah bakat dan lingkungan, dan selalu menjadi pemikiran para cendekiawan pendidikan. Dalam kepustakaan pendidikan dikenal 3 macam pandangan, yaitu :

a. Nativisme dan naturalisme,

Aliran ini menekankan pada bakafaktor bakat, dasar faktor endogen atau phenotipe dalam pendidikan. Manusia telah memiliki bakat asli murni (nativisme) dan bersifat kodrat (naturalis) yang berkembang wajar dan teratur. Usaha apapun dari luar dianggap tidak berguna, pada aliran ini usaha pendidik disikapi secara pesimistis. Tokoh aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (Jerman).

b. Empirisme/Environmentalisme

Paham ini dikenal dengan teori tabula ras John Locke, dengan pandangan bahwa jiwa anak bagaikan meja lilin putih kosong tergantung efek luar yang yang mempengaruhinya. Dalam pandangan ini pendidikan maha kuas dan sebagai penentu dimana pendidik dan pendidikan memiliki nilai positif terhadap perkembangan manusia.

c. Konvergensi Williem Stern

Aliran ini mengusahakan adanya perpaduan kedua aliran di atas, di sini dibahas tentang hubungan antara faktor bakat dan pendidikan sebagai satu tujuan. Menurut paham ini bakat sejak lahir merupakan kemungkinan (potensial) dan dengan proses pendidikan dan pengajaran dapat direalisasikan sehingga tercapai pribadi yang ideal yang merupakan manusia teladan.

d. Problematika Tentang Dasar dan Ajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat dan sikap kepribadian yang sekana ini dianggap sebagai berdasar faktor bakat biologis ternyata merupakan bersifat akibat dari kenyatan kondisi dan tradisi kehidupan masyarakat yang bersifat sosiologis.

a. Dasar Keharusan Kemungkinan Pendidikan

1. Keharusan pendidikan ditinjau dari sudut anak didik

v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti manusia telah dewasa sejak lahir

v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti manusia sama dengan binatang

v Jika pendidikan tidak diperlukan berarti meniadakan kenyataan manusia sebagai makhluk sosial

2. Keharusan pendidikan dan orang dewasa

Orang dewasa harus mampu melaksanakan usaha pendidikan, hal ini didasarkan atas :

v Manusia adalah makhluk sosial, yaitu saling menyempurnakan dan mendidik

v Orang dewasa dibekali kemampuan memikul tnaggung jawab pendidikan

v Sebagai makhluk budaya manusia memiliki cita-cita

Usaha yang bernilai pendidikan harus mungkin dan dapat dilaksanakan.

Bab VI Faktor-Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan adalah segala kondisi yang dapat memungkinkan dapat dilakukannya usaha kerja yang bersifat pendidikan. Minimal harus ada 5 faktor :

1. Cita-cita, dasar dan tujuan pendidikan

2. Pendidik

3. Anak didik

4. Lingkungan

5. Alat-alat pendidikan

Kelimanya jika digambarkan seperti bagan :

Kelimanya juga bisa dibandingkan dengan 5 sila Pancasila atau Rukun Islam. Masing-masing faktor berhubungan erat dan tak dapat dipisahkan, misalnya alat-alat pendidikan akan digunakan dengan tujuan apa atau siapa yang menggunakan alat tersebut.

a. Faktor Cita-Cita Dasar Tujuan

Tujuan pendidikan umum, tujuan sempurna, dan mutakhir bergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu yang memberi patokan mengenai tugas hidup manusia dalam hal ini filsafat hidup Pancasila menentukan dan menjadi dasar tujuan pendidikan dan pengajaran Pancasila. Ada 4 hal penting diungkapkan Lottich dan Wilds :

1. Filsafat hidup bisa berubah oleh lingkungan (sosial, politik dan ekonomis)

2. Perubahan filsafat hidup mengubah kebutuhan pendidikan manusia

3. Perubahan kebutuhan pendidikan mengubah konsepsi pendidikan

4. Perubahan konsepsi pendidikan mengubah isi materi, kurikulum serta metode pengajaran yang ada.

Kesalahan yang mungkin dalam pendidikan adalah berupa teknis pelaksanaan dan ideologis cita dan pandangan. Kesalah kedua ini merupakan hal yang lebih berat dan dalam karena berkaitan dengan cita-cita dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dari hal di atas disimpulkan hal-hal berikut :

1. manusia harus memiliki cita-cita, dasar serta tujuan hidup tertentu

2. cita-cita, dasar serta tujuan pendidikan manusia tergantung pada kebudayaannya

3. perubahan dalam konsepsi pendidikan akan mengakibatkan perubahan tentang pendidikan

4. diperlukan filsafat tertentu bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan

5. lingkungan merupakan kondisi untuk kemungkinan terlaksananya kerja pendidikan

b. Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan

Langeveld membagi tujuan pendidikan menurut jensinya dalam 6 macam, yaitu :

1. Tujuan Umum-Sempurna-Mutakhir, menjiwai segala prilaku pendidik dalan setiap situasi dan kondisi

2. Tujuan Insidental-Momental-Mewaktu, suatu tujuan pendidikan yang akan dicapai dengan menggunakan peristiwa yang bersifat insidentil. Misalnya pada hari-hari besar negara (Hari Nasional)

3. Tujuan Sementara, yaitu tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak menuju ke kedewasaanya. Jika anak berumur 18/19 tahun belum dapat menyelesaikan SLTA maka terlambat perkembangannya.

4. Tujuan Yang Bekum Sempurna, yaitu pencapaian sebagian dari tujuan sempurna. Misalnya pengabdian sarjan yang belum mau mengabdikan ilmunya pada negaranya sendiri, tetapi sebaliknya ke luar negeri.

5. Pengkhususan Tujuan Umum dan Sempurna, yaitu pengkhususan yang dibuat atas dasar : keragaman bakat, keadaan keluarga dan lingkungan, kesanggupan pendidik, tugas pendidikan tertentu (pesantren), serta cita-cita bangsa.

6. Tujuan Intermidier/Perantara, tujuan yang merupakan alat untuk mencapai tujuan lainnya. Misalnya pembelajaran bahasa Arab atau Inggris untuk mampu membaca kitab kuning/text book.

c. Faktor Pendidik

Yang termasuk ke dalam pengertian pendidik adalah ornag dewas, orang tua, guru/pendidik, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Khusus untuk guruharus memenuhi persyaratan pribadi dan jabatan (profesi).

d. Anak Didik

Langeveld menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan anak didik, yaitu :

1. Sifat hakekat anak didik, masih bergantung, kekanakan serta perlu bimbingan.

2. Sifat Hakekat manusia dalam pendidikan, individualitas anak didik, moralitas dan sosialitas yang mengarahkan manusia bisa dididik.

3. Sifat hakekat manusia Pancasila, sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia maka manusia Pancasila harus memeuhi aspek-aspek individualitas, moralitas, nasionalis, serta makhluk religius.

e. Faktor Lingkungan

Pendidikan merupakan gejala kebudayaan, berarti lingkungan pendidikan meliputi lingkungan kebudayaan. Beberapa aspek lingkungan kebudayaan diantaranya kultur ideologis, sosial politis, sosisal antropologis, sosial ekonomis, dan klimato Geografis.

Ditinjau hubungannya dengan manusia, yaitu kemampuan manusia berinteraksi dengan lingkungannya, maka lingkungan tersebut dibagi atas lingkungan yang dapat diubah, yang dapat diubah dan dipengharuhi serta lingkungan sadar dan sengaja dilakukan. Terdapat kemungkinan lingkungan yang ketiga, yaitu lingkungan bersifat pribadi dan kebendaan.

f. Alat-Alat Pendidikan

Alat-alat pendidikan dibedakan atas (1) alat pendidikan, (2) alat pengajaran, (3) tindakan berdasarkan tindakan kewibawaan dan (4) Hukuman sebagai alat pendidikan. Menurut Langeveld hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita dengan sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada seseorang. Pemberian hukuman ini harus memperhatikan definisi hukuman itu sendiri, unsur susila, tinjauan penderitaan, Asas-asas dalam pemberian tindakan hukuman, disiplin pribadi.

Bab VII Pusat Badan/Lembaga Pendidikan

Alasan perlunya badan/lembaga sosial sebagai badan pendidikan adalah :

1. pendidikan adalah gejala kebudayaan

2. pandangan tentang kehidupan masyarakat pluralistis

3. pengakuan bahwa manusia adalah makhluk sosial

4. pandangan bahwa pendidikan sekolah sebagai pengabdi masyarakat

5. pengakuan akan adanya perbedaan antara pendidikan formal dan informal

Ki Hajar Dewantara menyatakan pembagian dengan menamakannya sebagai tri pusat, yaitu pusat keluarga, pusat sekolah dan pusat masyarakat. Oleh Langeveld dipertegas lagi menjadi keluarga, gereja, dan negara.

a. Pusat Keluarga

Fungsi tugas pendidikan keluarga : pendidikan budi pekerti, pendidikan sosial, pendidikan kewarganegaraan, pembentukan kebiasaan dan pendidikan intelek.

b. Sekolah Sebagai Pusat Pendidkan

Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.

Fungsi dan tugas pendidikan di sekolah : menjalankan program pengajaran dan pendidikan, yaitu melatih inteligensi manusia dengan pengetahuan. Sekolah merupakan lembaga persiapan dan tempat beratih pendidikan di masyarakat, sehingga sekolah perlu menyesuaikan diri terhadap kepentingan dan kemajuan masyarakat.

Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.

c. Pusat Pendidikan Masyarakat

Oleh Ki Hajar Dewantara pusat pendidikan ini disebut dengan alam pemuda perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.

d. Pusat Pendidikan Keagamaan

Dasar keharusan pondok/gereja dalam menyelenggarakan pendidika adalah :

1. agama diakui bangsa dan negara sebagai unsur mutlak

2. pemisahan agama/gerja tidak diakui negara

3. tata kehidupan masyarakat pluralistik diakui bangsa dan negara

4. sebagian keluarga tidak mampu melaksanakan tugas pendidikan

5. agama merupakan unsur mutlak kebudayaan

e. Negara Sebagai Pusat Pendidikan

1. Negara sebagai pusat pendidikan, hal tersebut berdasarkan pada kenyataan :

v pengakuan atas manusia sebagai makhluk sosial

v timbulnya semangat nasionalisme yang menghendaki pendidikan sebagai mediapembinana kesadaran jiwa nasionalisme

v timbulnya pandangan negara sejahtera (egara melindungi hak warganya)

v terbatasnya pusat lembaga swasta yang beragam dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran baik kulitatif maupun kuantitatif

Semuanya terbatas pada kemampuan negara serta norma tata kehidupan masyarakat dan negara.

2. Pendidikan negara demokratik, tujuan pendidikan warga negara diarahkan kebeberapa segi :

v Menanamkan jiwa dan mental

v Menanamkan kesadaran mental dan jiwa bernegara

v Penanaman sifat dan sikap kepribadian atas dasar demokratis

v Menanamkan sifat dan sikap nasionalisme yang positif

v Pendidikan warga negara tidak berarti pendidikan politik

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Analisis

Permasalahan pendidikan selalu di dasarkan pada filsafat pendidikan itu sendiri. Dalam buku ini penulis telah memaparkan pandangan-pandangan para filosof barat dalam memulai penulisan bukunya, hal ini terlihat dari tokoh kebudayaan yang tampaknya hanya melihat dari sisi pemikiran barat saja. Namun begitu penuangan pendapat Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh kebudayaan dan pendidikan merupakan pembanding bagi pendapat-pendapat sebelumnya, yaitu Taylor dan Butts. Penulis tidak memperinci bahkan menyinggung filsafat ketimuran yang lain, misalnya filsafat pendidikan islam.

Penulis memaparkan hubungan agama dan budaya dalam konteks nasional yang disertai dengan contoh-contoh pendidikan keagamaan, misalnya Islam dan Kristen. Perbandingan yang dibuat penulis terhadap beberapa filosof di atas masih sedikit, memang sebagian besar penulis buku mengambil referensi tentang pendidikan dan kebudayaan barat, padahal dapat dilihat bahwa banyak tokoh-tokoh lainnya. Pada inti buku ini penulis memuat pentingnya nasionalisme serta memaparkan paham-paham ideologi lain diantaranya Marxisme dan Komunisme. Yang lebih menarik penulis telah memprediksi bahwa paham-paham yang mengakui atau bersifat religius akan terus mampu bertahan ketimbang paham atheis, hal ini dapat disaksikan Kenyataan yang terjadi sekarang.

Arah pendidikan yang selalu membesarkan nasionalisme sebenarnya membuat pengotakan-pengotakan tersendiri, padahal dapat dilihat sekarang bahwa pendidikan melalui media internet telah menembus tapal batas seluruh negara, bahkan menurut Tung (2001) pendidikan mendatang akan mengarah pada Cyber University. Sebagian besar pakar menyatakan bahwa abad ini merupakan abad kebangkitan Islam, Islam sendiri tidak mengenal batas-batas negara dalam penyebarannya, dimana diketahui bahwa ajaran Islam memuat segala aspek termasuk pendidikan dan kebudayaan.
2.2. Komentar

Buku ini memuat aspek pendidikan dan kebudayaan. Pemaparan isi yang telah dibuat penulis cukup baik, namun konteks perubahan yang terjadi sekarang, semisal pendidikan dan pengajaran lewat virtual university (cyber university) tampaknya masih jauh terlintas dalam pemikiran penulis. Sebagai asas dalam mempelajari keterkaitan budaya dalam pendidikan, maka buku ini dapat dijadikan salah satu referensi yang berguna bagi kalangan pendidikan.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Penulis memaparkan hubungan budaya dan pendidikan, termasuk pembahasan posisi agama dalam kebudayaan dan pendidikan serta pengajaran. Buku ini memuat Asas-Asas Pendidikan yang menjelaskan keberadaan manusia sebagai makhluk budaya berbeda dengan hewan, menerangkan sejajarnya perkembangan pendidikan dan kebudayaan serta kesetaraan pendidikan formal dan informal yang harus disikapi dengan seimbang. Penulis memaparkan beberapa definisi kebudayaan dari para tokoh, yaitu Taylor, Butts dan Ki Hajar Dewantara. Penulis juga memaparkan hubungan budaya dan agama serta perbedaan kebudayaan dan tradisi.

Aspek-aspek pendidikan merupakan gejala kebudayaan, ini dinyatakan dengan definisi pendidikan sebagai tingkah laku sampai pembentukan jiwa nasionalisme pada manusia. Pendidikan bersifat normatif dengan memperhatikan dasar dan ajar. Untuk proses pendidikan itu sendiri harus memperhatikan 5 faktor-faktor dalam pendidikan yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Untuk mewujudkannya diperlukan badan atau lembaga pendidikan yang dikelola dengan baik oleh pemerintah disamping pengelolaan oleh swasta yang mungkin memiliki pola yang bervariasi.
3.2. Implikasi

Dalam merealisasikan pendidikan pada era otonomi daerah sekarang ini, sewajarnya pendidikan yang dilaksanakan memperhatikan aspek budaya, misalnya konsep life skill dalam pendidikan untuk peningkatan keterampilan siswa setelah menamatkan jenjang pendidikannya. Pendekatan budaya merupakan cara tepat dalam membina moralitas pendidikan bangsa yang mulai ambruk, hal ini karena budaya memuat berbagai aspek, seperti agama, etika dan lingkungan.

Manusia sebagai Makhluk Individu

Pengertian Individu

Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi.. individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.

Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).

Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yng menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.

Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.



Perkembangan Individu

Manusia pada waktu lahir tampaknya sangat lemah namun bayi mempunyai banyak kemungkinan untuk berkembang. Bayi berproses menjadi anak dan anak akan berkembang menjadi dewasa. Prinsip-prinsip perkembangan pada manusia adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur.
2) Perkembangan menuju diferensiasi dan integrasi dari gerakan-gerakan yang bersifat masal menuju gerakan-gerakan khusus.

3) Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi berlangsung secara berangsur-angsur secara teratur dan terus-menerus.
4) Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya.
5) Perkembangan antara anak satu berbeda dengan anak lain, baik dalam perkem-bangan masing-masing aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut (Hartomo, 2004: 69).

Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.

RAGAM DAN LARAS BAHASA (2)


Ragam Dan Laras Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.


Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
1. Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster

Contoh Ragam dan Laras Bahasa


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

Ragam Bahasa Tulis dan Lisan

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Salah satu jenis / macam  ragam bahasa seperti yang telah disebutkan diatas adalah ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan. Disini saya ingin mengulas tentang ciri-ciri dari ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan beserta kelebihannya.
  • Ragam Bahasa Lisan.
Adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fenom sebagai unsur dasar. Contoh : tatabahasa, kosakata, lafal.
Ciri-ciri :
1. Singkat.
2. Dramatikal (dapat dibantu dengan mimik, intonasi, dan gerakan tubuh).
3. Dinyatakan tidak lengkap (karena kosakatanya tidak mengandung SPOK).
4. Terikat oleh ruang dan waktu.
Kelebihan :
  1. Apabila terjadi kesalahan dapat dengan cepat dikoreksi.
  2. Lebih cepat ditangkap maksudnya / isinya sehingga lebih cepat dalam mendapat respon.
  • Ragam Bahasa Tulis.
Adalah bahasa yang dihasilkan dengan memnfaatkan tulisan dengan huruf sebagai huruf dasarnya.
Ciri-ciri :
  1. Tidak terikat oleh ruang dan waktu.
  2. Dinyatakan dengan lengkap (karena kosakatanya mengandung SPOK).
  3. Tidak dapat dinyatakan secara dramatikal.
Kelebihan :
  1. Memiliki bukti otentik.

Peranan Teori Ekonomi dan Struktur Persaingan


Kajian tentang organisasi industri dengan pendekatan deduktif memerlukan acuan teori, dalam hal ini adalah teori ekonomi mikro. Menurut Joe S. Bain peranan teori antara lain adalah untuk mengantar peneliti melakukan orientasi umum, mengemukakan hipotesis dan dapat mengamati penyimpangan yang terjadi. Lingkup keberlakukan teori antara suatu aliran pemikiran dengan aliran pemikiran lain adalah berbeda. Pada aliran merkantilis lebih menitikberatkan pada ekonomi makro, psiokrat lebih bersifat ekonomi makro, pada zaman klasik bersifat makro dan mikro. Abstraksi dalam suatu teori diperlukan karena dapat mempermudah memahami suatu gejala karena realitas ekonomi yang terjadi begitu kompleks. Keadaan ini tidak akan dapat dipahami tanpa melakukan penyederhanaan.
Konsep laba dapat diartikan sebagai pengurangan penghasilan (revenue) dan biaya (cost). Bagi pemilik perusahaan, ada 3 alasan mengapa mereka mendapatkan laba, diantaranya adalah pemilik perusahaan mau menanggung resiko untuk mendapatkan laba, adanya ketidaksempurnaan pasar dan dalam jangka pendek keadaan perusahaan adalah dalam ketidakseimbangan.
Tujuan perusahaan dikaitkan dengan peranan teori ekonomi untuk menjawab berbagai permasalahan ekonomi sejak zaman klasik terus memunculkan kritik. Kritik yang sering diajukan bahwa penggunaan pendekatan marjinal untuk menjelaskan perilaku perusahaan adalah tidak realistik. Kritik ini diajukan karena kondisi struktur pasar persaingan sempurna yang disyaratkan tidak lagi dijumpai dalam kenyataan. Justru persaingan yang tidak sempurnalah (monopoli, oligopoli, monopolistik) yang sering ditemui.
Tujuan perusahaan juga telah berkembang semakin luas, hal ini disebabkan oleh perubahan lingkungan bisnis, di mana antara pemilik dan pengelola perusahaan adalah terpisah. Tujuan ini tidak lagi hanya sekedar untuk mencapai laba maksimum, tujuan lain dapat berupa peningkatan kekayaan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan pertumbuhan perusahaan, dan lain-lain. Dari kenyataan ini dapat memunculkan managerial discretion di mana bagian yang diterima pengelola makin besar, sedangkan bagian pemilik perusahaan semakin menurun atau dengan kata lain memunculkan divergensi antara tujuan pengelola dan pemilik perusahaan yang semakin besar. Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diantaranya Oliver E. Williamson, William J. Baumol, Mc Guire, Robin Marris dan beberapa ahli ekonomi lainnya.
Terdapat beberapa kesulitan metodologis yang dihadapi dalam mengamati perilaku perusahaan, diantaranya adalah perubahan lingkungan bisnis, meningkatnya kebutuhan terhadap perilaku organisasi, dan munculnya peralatan teknik analisis kuantitatif yang lain. Bagi negara-negara berkembang kesulitan yang dihadapi, diantaranya adalah ketidakakuratan data, data tidak lengkap, data tidak up to date dan lain sebagainya.

Persaingan Sempurna
Struktur pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang ditandai dengan ciri-ciri produk yang dihasilkan dalam industri adalah homogen, mempunyai daya substitusi yang erat (closed substituted), bebas masuk dan ke luar pasar, jumlah pembeli dan penjual sangat banyak dan masing-masing pihak (konsumen dan produsen) mempunyai informasi yang sempurna mengenai kondisi pasar.
Penentuan keseimbangan dalam pasar persaingan sempurna akan terjadi apabila penerimaan marjinal (Marginal Revenue, MR) adalah sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost, MC). Perusahaan akan mendapatkan laba lebih (excess profit) apabila kurva permintaan semakin tinggi dari titik minimum biaya total rata-rata (Average Total Cost, ATC). Keadaan ini tentunya akan menarik perusahaan lain masuk pasar, akibatnya keseimbangan yang stabil terjadi pada titik terendah ATC di mana pada kondisi ini tidak terjadi entry dan exit, sedangkan semua perusahaan mendapatkan laba normal (normal profit). Menurut beberapa pendapat keadaan ini tidak realistis dan akan hal ini diuraikan pada kegiatan selanjutnya.

Persaingan Tidak Sempurna
Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson serta Chamberlain pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1933.
Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna, yaitu penetapan pajak secara sepihak, sumbangan lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga kerja. Robinson dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus dibayar sesuai dengan produktivitasnya marjinalnya.
Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat terjadi pada beberapa titik, yaitu pada saat ATC menurun, minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim terjadi adalah pada saat ATC menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi produk, under capacity, iklan dan kelembagaan.

Reorientasi Teori Nilai
Bentuk pasar persaingan monopoli dikemukakan oleh Chamberlain dalam bukunya The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1932. Dalam bentuk pasar ini masing-masing perusahaan yang ada di pasar mempunyai keunggulan khusus atau memonopoli dalam metode atau teknik tertentu, tetapi di antara industri-industri yang ada mereka tetap bersaing, misalnya melalui iklan, dan lain sebagainya.
Struktur pasar inilah yang paling luas terjadi atau mendekati kenyataan karena bentuk pasar ini sangat berbeda dengan monopoli murni atau persaingan murni. Dalam bentuk pasar persaingan monopoli yang perlu mendapatkan perhatian adalah mengenai tingkat harga, jenis komoditi dan pengeluaran biaya iklan.

Unsur Disiplin Ilmu Ekonomi Bag. 2

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang maupun jasa.
Dari sisi etimologi, istilah ini berasal dari kata Yunani, yaitu oikos yang berarti keluarga, rumah tangga, dan nomos yang berarti peraturan, aturan, hukum.
Secara garis besar, kata ini sering diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.
Tidak bisa dipungkiri, manusia sebagai makhluk sosial, pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi.
Inti dari masalah yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan seseorang berbeda dengan jumlah kebutuhan orang lain antara lain :
  • Faktor Ekonomi
  • Faktor Lingkungan Sosial Budaya
  • Faktor Fisik
  • Faktor Pendidikan
Oleh karena itu, kemudian dikenal tindakan ekonomi yaitu setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. Terdiri atas dua aspek, diantaranya :
  • Rasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan dan kenyataannya demikian.
  • Irrasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.
Tidak hanya itu, kita juga perlu mengetahui motif ekonomi, yaitu alasan ataupun tujuan seseorang hingga melakukan sebuah tindakan. Terbagi dalam dua aspek, diantaranya:
  • Motif Intrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tindakan atas kemauan sendiri.
  • Motif ekstrinsik, disebut sebagi suatu keinginan untuk melakukan tindakan atas dorongan orang lain.
Pada prakteknya, kemudian mundul beberapa macam motif ekonomi, yaitu:
  • Motif memenuhi kebutuhan
  • Motif memperoleh keuntungan
  • Motif memperoleh penghargaan
  • Motif memperoleh kekuasaan
  • Motif sosial/menolong sesama
Karena berbagai motif itulah, maka perlu adanya prinsip ekonomi, yang merupakan pedoman untuk melakukan tindakan yang didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal. Dengan prinsip ini, maka setiap orang diharapkan bisa memenuhi tujuan hidupnya.
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi menjadi beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikro vs makro. Selain itu, bisa juga dibagi menjadi positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya.
Perlu Anda ketahui juga, ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah, maupun bidang selain moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Apa sebab? Hal ini sangat memungkinkan, mengingat pada dasarnya ilmu ini mempelajari pilihan manusia, dan banyak teori yang dipelajari dalam ilmu ini.
Banyak ekonom merasa bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk membuat kita mengerti fenomena yang ada di dunia. Meski demikian, ilmu ekonomi akan mengalami perubahan besar dalam ide, konsep, dan metodenya.
Ironisnya, menurut pendapat kritikus, perubahan tersebut kadang-kadang justru merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

Karakteristik Disiplin Ilmu Sosial

Menurut Craib (Zaini Hasan, 1996) IS adalah pengetahuan yang terorganasasi mengenai manusia dengan lingkungan / masyarakat sekelilingnya.
Adapun ciri-ciri ilmu sosial (IS) diantaranya :
  1. Merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji hubungan-hubungan antara manusia.
  2. Bersipat valid dan dapat diteliti.
  3. Teori serta konsepnya diperoleh dari kajian ilmiah dengan tahapan : menemukan masalah/peranyaan, hipotesis, pengumpulan data, analisis data.
  4. Kesimpulan dapat digunakan segeneralisasi untuk mendapat teori, konsep, hukum maupun dalil dalam pengetahuan sosial.
A. Geografi, karakteristiknya :
  1. Mengklasifikasi karakteristik-karakteristik wilayah yang di kaji dan interahsi manusia kebudayaan dan lingkungan alamnya.
  2. Terdapat 5 pendekatan dalam study geografi:
  • Physical geografi ( geografi fisik)
  • Kewilayahan (regional) study geografi yangyang memadukan gejala-gejala fisikal dan kultural sehingga menampilkan tempat-tempat yang bervariasi dengan karakteristik yang berbeda-beda
  • Spasial / keruangan adalah fokos pada lokasi tempat-tempat hubungan antar tempat, distribusi, dan penataan desa / kota, penyebaran penduduk dll.
  • Cultural geography (geografi budaya) fokus studynya terhadap cara-cara manusia mengelola sumber daya alam dan lingkungan.
  • Historical geography, fokus studynya pada perubahan-perubahan dalam ruang dan waktu yang melibatkan aspek fisik regional, kultural dll.
B. Sejarah, karakteristiknya:
  1. Memadukan IIS dan humaniora yang memberikan wawasan yang integratif dan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode waktu
  2. Kajian yang mengandung dan sering terdapat waktu yang menunjukan adanya garis kronologis yang hilang / terputus adalah adanya peristiwa lampau yang teramati dan harus di kaji se-non empirik dengan cara menggunakan petunjuk-petunjuk non catatan berupa benda-benda yang dapat di manfaatkan para ahli sejarah
C. Antropologi, karakteristiknya
  1. Berkenaan dengan nilai-nilai sruktural sosial, teknol
  2. Kepercayaan-kepercayaan ekspresi-ekspresi estika, spiritual dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih
  3. Objek kajian formalnya adalah kebudayaan.
    Kebudayaan adalah keseluruhan hasil karya, cipta, karsa dan rasa manusia
    - Karya adalah keterampilan seluruh organ tersebut
    - Cipta adalah proses yang menggunakan daya berfikir dan nalar
    - Karsa adalah kehendak / keinginan
    - Rasa adalah kemampuan panca indra dan hati
D. Sosiologi dan psikologi sosial, karakteristiknya merupakan Ilmu tentang prilaku manusia dalam kelompok masyarakat berkenaan dengan peran institusi / lembaga proses interaksi dan kontrol sosial.
E. Ilmu politik dan ilmu ekonomi
  1. Tantang kebijakan yang dikhususkan dan di fokuskan pada aktivitas-aktivas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan,
  2. Materi ke-2 disiplin Ilmu tersebut merekrut berbagai aspek berdasar referensi sejarah geografi, sosiologi, psikologi dan antropologi.

PRANATA SOSIAL DAN INSTITUSIONALISASI

A. Pengertian Pranata Sosial / Lembaga Kemasyarakatan (Social Institution)
- adalah Sesuatu yang mengandung pengertian perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu.
- adalah unsur-unsur yang mengatur perilaku yang mengatur masyarakat.
- adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
- Wujud konkrit dari lembaga kemasyarakatan adalah association, contohnya Universitas.

B. Fungsi Pranata Sosial/lembaga kemasyarakatan , diantaranya adalah :
- Memberi pedoman kepada anggota masyarakat cara bertingkahlaku/bersikap dalam menghadapi masalah di dalam masyarakat.
- Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
- memberi pegangan dalam mengadakan pengendalian sosial (social control).

C. Tipe-tipe lembaga Kemasyarakatan
a. dari sudut perkembangannya : 1) Crescive intitutions
2) enacted institutions
b. dari sudut nilai-nilai yang diterima masyarakat 1) basic institutions
2) subsidiary institutions
c. dari sudut penerimaan masyarakat : approved-socially sanctioned institutions
d. dari sudut penyebarannya : 1) general institutions
2) regulative institutions
e. dari sudut fungsinya : 1) operative institutions
2) restricted institutions

D. Ciri umum Lembaga Kemasyarakatan :
- merupakan suatu organisasi dari pola-pola pemikiran dan pola-pola perikelakuanyang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasilnya.
- suatu tingkat kekekalan tertentu.
- mempunyai alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari lembaga kemasyarakatan.
- mempunyai lambing-lambang yang khas.
- mempunyai suatu tradisi atau aturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis

E. Norma-norma
- adalah pedoman/petunjuk/ aturan-aturan bagi tingkah laku seseorang yang berlaku di dalam suatu masyarakat.
- Macam-macam norma dalam masyarakat adalah :
1) Norma Agama
2) Norma kelaziman/kebiasaan (folkways)
3) Norma kesusilaan/tata kelakuan (mores), dan
4) Norma Hukum (Rule)




- Dalam rangka pembentukannya sebagai lembaga kemasyarakatan, norma-norma tersebut mengalami proses, yaitu :
1) Proses Institutionalisasi, adalah proses yang dilewati suatu norma masyarakat yang baru untuk menjadi bagian dari suatu lembaga kemasyarakatan sehingga di kenal, diakui, dihargai, dan ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
2) Proses internalisasi, yaitu proses di mana norma masyarakat tersebut sampai mendarahdaging dalam jiwa anggota masyarakat.

F. Pengendalian sosial (Social control)
- adalah segala sistem atau proses yang dijalankan oleh masyarakat selau disesuaikan dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
- diciptakan agar masyarakat mentaati norma yang berlaku.
- Social control dapat bersifat :
1) Preventif/positif, yaitu proses dilakukan sebelum terjadi pelanggaran norma sebagai cara pencegahan.
2) Represif/degatif, yaitu proses yang dilakukan sebagai pemulihan setelah terjadinya pelanggaran norma.
- Cara-cara pengendalian sosial :
1) Persuasif, dilakukan tanpa kekerasan, melalui bimbingan/ajaran/ajakan.
2) Koersif, dilakukan dengan kekuatan fisik, ditekankan pada kekerasan dan ancaman.
- Wujud pengendalian sosial, berupa :
1) Keyakinan masyarakat akan kebaikan norma-norma kemasyarakatan.
2) Penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat pada norma-norma.
3) Rasa malu dan takut bila menyimpang atau melanggar norma dan nilai-nilai yang berlaku.
4) Terciptanya sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi tegas bagi pelanggar.
- Masalah yang berkaitan dengan social control berupa :
1) Conformity, yaitu penyesuaian diri pada norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, dan
2) Deviation, yaitu penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma tersebut.

ILMU SOSIAL DASAR

A. ILMU-ILMU SOSIAL
Tiga cabang ilmu Pengetahuan, yaitu :
1. Natural Science meliputi fisika, kimia, astronomi, biologi, dll.
2. Social science terdiri dari sosiologi, ekonomi, politik, antropologi sejarah, geografi, dll.
Humanities meliputi bahasa, agama, kesusastraan,kesenian, dll.

Wujud adanya perkembangan Ilmu social di Indonesia setelah mendapat kemerdekaan adalah :
1.Berdirinya akademik politik di Yogyakarta yang di sponsori oleh tenaga akademis Pembina ilmu politik di Belanda.
2.Didirikan balai perguruan tinggi Gajah Mada.
3.Didirikan akademi kepolisian.

B. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Adalah ilmu social yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah. Materi dari disiplin ilmu social sperti geografi, sejarah, sosiologi, antropoogi, psikologi social, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, dan ilmu social lainnya.

C. ILMU SOSIAL DASAR (ISD)
Adalah gabungan dri disiplin ilmu-ilmu social yang di pergunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalah-masalah social yang timbul di masyarakat.
Latar Belakang ISD
• Banyaknyak kritik yang ditujukan pada system pendidikan di perguruan tinggi oleh beberapa cendikiawan.
• Sistem pendidikan kita menjadi sesuatu yang elite bagi masyarakat kita sendiri sehingga kurang akrab dengan lingkungan masyarakat.

Tiga Jenis kemampuan :
1. Kemampuan Personal (kemampuan pribadi)
Dapat menunjukan sikap dan kepribadian Indonesia , mengenal dan memahami nilai-nilai agama, kemayarakatan, kenegaraan serta pandangan luas terhadap masyarakat.
2. Kemampuan akademik
Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tertulis, menguasai peralatan analisa, berpikir logis, kritis, sistematis, analitis.
3. Kemampuan Profesional
Kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang besangkutan. Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan yang tinggi.

ISD SEBAGAI KOMPONEN MKDU
MKDU terdiri dari 6 matakuliah, yaitu : Agama, Pancasila, Kewiraan, Ilmu Alamiah Dasar (IAD), Ilmu Sosial Dasar (ISD), Ilmu Budaya Dasar (IBD).
Tujuan ISD adalah :
Membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian yang luas, dan dapat bermusyawarah dengan satu sama lain.

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
1. Adanya berbagai aspek yang merupakan suatu masalah social yang dapat di tanggapi dengan pendekatan sendiri.
2. Adanya keragaman golongan dan kesatuan social lain dalam masyarakat.

Berdasarkan ruang lingkup di atas kiranya masih perlu penjabaran lebih lanjut untuk pokok bahasan yaitu :
1. Mempelajari adanya berbagai berbagai masalah kependudukan dan hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaan.
2. Mempelajari adanya masalah-masalah individu, keluarga dan masyarakat.
3. Mempelajari hubungan antar warga Negara dan Negara.
4. Mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan pedesaan.
5. Mempelajari ilmu penngetahuan dan tekhnologi untuk memanfaatkan kemakmuaran masyarakat dan pengurangan kemiskinan.

MASALAH SOAIAL DAN ISD
A. MASAAH SOSIAL
Perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam dimana masyarakat itu hidup.
Pengertian masalah social :
1. Menurut masyarakat
Segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum.
2. Menurut para ahli
Suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat.

B. MASALAH SOSIAL DAN AHLI ILMU SOSIAL
Sejumlah ahli ilmu social merasakan bahwa dengan menggunakan pendekatan masalah-masalah social sebagai kerangkanya maka hakikat masyarakat dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami.

C. MASALAH SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DASAR
Melihat masalah secara obyektif dan subyektif, obyektif berarti masalah ang telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu social yang digunakan. Subyektif berarti masalah akan dikaji menurut perspektif masyarakat.


BAB II
PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Peningkatan julah penduduk/kelebihan penduduk sebab kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, sehingga kesehatan penduduk lebih terjamin dan tingkat kematian bayi rendah. Akibatnya, banyak terjadi pengangguran dan banyak tindak kriminalitas

Jenis kelebihan penduduk :
1. kelebihan penduduk yang absolute, yaitu bila suatu daerah dalam waktu tertentu tidak dapat memberikan kebutuhan hidup bagi manusia yang berdomisili.
2. Kelebihan penduduk yang relative, yaitu suatu daerah dalam waktu tertentu kebutuhan hidup yang ada sudah tidak sesuai dengan kemajuan ekonomi dan perkembangan social.

Kekurangan penduduk disebabkan penduduk lebih mengutamakan karir dan mampu menyeimbangkan jumlah penduduk. Akibatnya kekurangan tenaga kerja.

Pendidikan
Sebab :
1. kemiskinan
2. trikat dalam kerja rumah tangga
3. tidak memiliki sekolah dasar

Kesehatan
Sebab :
1. kebutaan dan anemia
2. Tuberkulosis
3. cacingan
4. Lepra

Kekurangan Gizi : kekurangan Vit.A dan protein hewani.

Usaha mengatasi penduduk dunia
Langkah-langkah :
1. menyeimbangkan jumlah penduduk
2. konsumsi sumber daya dan pembangkit polusi harus dikurangi
3. penyelenggaraan pendidikan dan pengadaan fasilitas kesehatan
4. peningkatan produksi bahan pangan
5. penyuburan dan perlindungan tanah untuk mencegah erosi.

Masalah penduduk di Indonesia
1. Rapat penduduk
2. Penyebaran penduduk
3. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah

Kebijaksanaan Kependudukan
Adalah kebijaksanaan suatu Negara yang menyangkut kemakmuran penduduk
Tujuan : untuk dapat tercapai kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas, terutama keseimbangan antara jumlah penduduk dengan hasil pembangunan.
Usaha untuk mengimbanginya:
1. Preservasi : perbaikan kualitas hasil bumi
2. restorasi : pemeliharaan sumber-sumber biotic dengan mencegah penyakit tanaman dan hewan
3. Benefisiasi : memelihara kelangsungan fungsi sumber-sumber alam
4. Reklamasi : Penambahan hasil pertanian dengan mengubah tanah improduktif menjadi produktif.

Usaha yang dilakukan :
1. ekstensifikasi pertanian : memperluas area pertanian dengan forest clearing.
2. intensifikasi pertanian : pemupukan, pengairan, pemilihan bibit unggul, tersering, rotasi tanaman.
3. Transmigrasi : perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang kuran padat

Macam” transmigrasi : transmigrasi umum, sektoral, spontan, bedol desa.
Migrasi
Adalah Perpindahan penduduk yang melintasi batas administrasi misalnya kelurahan, kabupaten, kota , Negara.
Rumus tingkat migrasi : (jumlah dalam 1th/jumlah penduduk) x 1000

Pembagian kerja dalam masyarakat
Kurangnya kesempatan kerja
Sebabnya :
1. pertumbuhan penduduk
2. lambatnya perkembangan dalam bidang pertanian.
Akibatnya yaitu pengangguran, arus urbanisasi
Solusinya membuka lowongan pekerjaan yang luas.

Hubungan manusia dengan kebudayaan
Dari sudut pandang antropologi :
1. Manusia sebagai makhluk biologi
2. manusia sebagai mahluk social budaya

Hubungan masyarakat dengan keudayaan
-Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang utuh
-Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan manusia karena manusia hidup bermasyarakat.
Wujud kebudayaan menurut koenjtcaraningrat :
1. ide, gagasan, nilai”,norma, peraturan yang sifatnya abstrak dan tidak dapat diraba.
2. kelakuan berpola manuaia dalam masyarakat
3. Hasil karya manusia

Pranata
-Pranata social : system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas untuk memenuhi kompleks kebutuhan khusus dalam masyarakat.
-Agar kebutuhan terpenuhi maka dirumuskan norma” dalm masyarakat.

4 pengertian norma :
1. cara(usage)
Merupakan suatu perbuatan individu dengan individu lain dalam hubungan bermasyarakat.
2.kebiasaan(folkways )
perbuatan yang di ulang-ulang dan memiliki kekuatan yang besar disbanding cara.
Ex : menghormati orang yang lebih tua.
3. tata kelakuan (mores)
kebiasaan yang dilakukan dan dapat diterima sebagai nama” pengatur dalam masyarakat
4. Adat kebiasaan (custom)
Terjadi dari tata kelekuan yang kuat integrasinya dengan pola keprilakuan masyarakat.

Pranata social
a. asosiasi yang teroganisir contoh keluarga, Negara, serikat buruh.
b. Institusi adalah bentuk aturan dan prosedur atau system

Macam” Pranata :
a. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan
Ex: perkawinan, pengasuhan anak.
b. Pranata yan bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup. Ex: pertanian, peternakan, perikanan,industri
c. Pranata yng bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia. Ex:penelitian, pendidikan ilmiah
d. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan . ex: TK , SD ,SMP,SMA,pesantren
e. Pranata yang bertujuan untuk rekreassi. Ex : Seni
f. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang brhubungan dengan Tuhan.
g. Pranata yang mengurus kebutuhan jasmaniah manusia. Ex : pemeliharaan kecantikan, kesehatan.